Kisah Inspiratif Muhammad Zen di Mata Keluarga dan Kawan
oleh Milva S Dwi Puteri
Sumber: http://kuliahtantan.blogspot.com/2015/04/milva-s-dwi-putripmi-4tugas-3life.html#moreLife History
Narasumber: Muhammad Zen, S.Ag, MA.
Pak
Zen lahir di Bekasi pada 12 Januari 1978. Dia adalah putra ke empat
dari tujuh bersaudara dari pasangan H. Saman dan Hj. Masturoh. Ayah dan
ibu Pak Zen dahulu adalah pedagang buah dan sayuran hingga sembako.
Pasangan yang mempunyai tujuh orang anak ini sudah mulai berprofesi
sebagai pedagang buah sayur, serta sembako dari sejak menikah hingga
kelahiran anak bungsunya dan akhirnya sepulang haji kedua orang tua nya
memutuskan untuk berjualan nasi uduk sampai dengan saat ini.
Pak
Zen menyelesaikan sekolah dasarnya (Madrasah Ibtidaiyah) di pesantren
MI Sullamul Istiqomah pada 1985-1991, kemudian melanjutkan pendidikan
menengah pertama (MTS) dan pendidikan menengah (MA) di sekolah yang sama
yaitu Pesantren Sullamul Istiqomah hingga lulus pada tahun 1997.
Kemudian beliau melanjutkan jenjang pendidikan Strata 1 dan Strata 2 di
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan sekarang beliau tengah mengejar
gelar Doktor dalam bidang Ekonomi Islam di Pasca Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dari kecil Pak Zen memang seorang pejuang, dia adalah
orang yang sangat gigih, saat SD beliau sudah belajar tentang arti
kerja keras. Bahkan ia pernah memulung untuk menambah uang jajan nya,
ia pernah berjualan kecil-kecilan hingga ia juga pernah menjadi
penggembala kambing. Dia juga pernah menjadi penjual telur ayam, dengan
modal awal lima belas ribu rupiah. Beliau menggali potensi yang ada
dalam dirinya, hingga dagangannya berkembang menjadi dagangan sembako
hingga di akhir masa pendidikan Madrasah Aliyah nya, beliau mampu
mengumpulkan tabungan sejumlah dua juta rupiah. Setelah lulus dari MA
Al Istiqomah, beliau sangat bertekad untuk melanjutkan studi nya ke
jenjang strata satu, padahal saat itu orang tua beliau tidak mampu
untuk membiayai kuliah yang akan di jalankan nya. Namun karena
kegigihan dan kerja keras beliau, bermodalkan tabungan hasil dagangan
yang beliau punya, beliau akhirnya kuliah. Beliau memutuskan untuk
kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pak
Zen merupakan orang yang terbilang beruntung, ia lahir dari ibu dan
bapak yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama islam yang luhur.
Hal ini terlihat dari semua saudaranya yang bersekolah di sekolah agama
baik madarasah negeri atau swasta hingga ada juga yang bersekolah di
pondok pesantren. "Pemahaman agama yang baik adalah pembentuk akhlak yang baik untuk anak"
begitu lah kira-kira ringkasan ungkapan dari orang tua Pak Zen ketika
saya wawancarai mereka beberapa hari yang lalu. Tidak hanya itu, orang
tua Pak Zen juga memberikan contoh dan teladan yang sangat baik kepada
anak-anaknya tentang arti hidup, arti bekerja keras, dan arti bersyukur.
Menurut saya, Pak H. Saman dan ibu Hj. Masturoh memang orang tua yang
patut dicontoh, meskipun dari sejak mulai berdagang hingga sekarang
penghasilan mereka tidak begitu besar, namun mereka selalu merasa cukup
atas apa yang dikaruniakan Tuhan terhadap hidup mereka, bahkan mereka
bisa menabung sedikit demi sedikit hingga tabungannya pula yang
menghantarkan keduanya ke Baitullah, Mekkah.
Ada
cerita menarik saat saya mewawancarai ibu masturoh. sang ibu bercerita
bahwa saat dia sedang berhaji, dia merasa mencium bau nasi uduk,
kemudian dia menceritakan hal tersebut kepada Pak H. Saman (suaminya)
hingga akhirnya sepulang dari haji mereka memutuskan untuk berjualan
nasi uduk sampai dengan saat ini. " Mungkin ini hidayah " ujar
ibu masturoh bercerita dengan penuh semangat kepada saya. Kenapa bisa
dibilang hidayah? Karena dari hasil berjualan nasi uduk inilah mereka
hidup dan menyekolahkan semua anaknya hingga semuanya lulus kuliah.
Di
mata seorang pak H. Saman (Ayah kandung Pak Zen). Pak Zen adalah sosok
anak yang patuh dan rajin. Pak Zen adalah anak yang penurut dan patuh
terhadap kedua orang tua. Selain itu menurut pak Saman Pak Zen adalah
anak yang unik. " Dulu kalo semua kakak adeknya Jen, pada nabung
buat beli baju lebaran, Jen malah ngga beli baju tapi beli barang untuk
dagang ", begitulah tutur pak Saman dengan nada tenang dan tegas nya.
Sejak remaja Pak Zen juga sudah menunjukkan jiwa entrepreneur nya, " Sejak kelas 1 MTS, Jen sudah mulai mau berdagang, padahal saya tidak pernah menyuruh Jen untuk berdagang "
tutur ibu nya kepada saya. Dari ungkapan tersebut terlintas di benak
saya bahwa Pak Zen memang seseorang yang pekerja keras sejak kecil
maupun remaja. Di masa remaja Pak Zen juga merupakan anak yang cerdas,
hal ini terbukti dari hasil belajar akademiknya yang bagus, punya jiwa
sosial yang tinggi dan tidak pernah terlibat dalam kenakalan remaja di
masa itu. " Alhamdulillah dari dulu Jen selalu dapat ranking "
tutur ibu masturoh dengan senyum lebar diwajah nya, terlihat jelas oleh
saya bahwa sang ibu sangat bangga terhadap anak-anaknya.
Di
kalangan keluarga Pak Zen merupakan sosok yang murah senyum dan ceria.
Kakek, nenek, paman, bibi, sepupu dan semua saudaranya menyenangi sosok
Pak Zen. " Alhamdulillah semua anak-anak saya pada akur dan saling tolong menolong ",
Lanjut Bapak Saman dan Ibu Masturoh kepada saya saat kami tengah
mengobrol semakin jauh. Bahkan menurut orang tua nya,karena begitu dekat
dengan orang tuanya hingga ketika sakit Pak Zen tidak ingin ke
dokter, tetapi lebih suka di urut oleh ibu nya.
Pak Zen juga merupakan adik sekaligus kakak yang sangat baik bagi seluruh saudaranya. "
Dari kecil saya sangat dekat dengan Bang Jen, dia memang anak yang
ngga neko-neko. Dia sangat patuh kepada kedua orang tua dan juga sangat
sayang terhadap semua adek kakaknya ", ujar mbak Kiki (adik Pak
Zen). Hubungan baik antara Pak Zen dengan kakak beserta adiknya terjalin
sangat harmonis, ini tentunya merupakan hasil dari peran baik kedua
orang tuanya dalam mendidik anak-anaknya hingga mereka mempunyai
akhlakul karimah. Bahkan hingga Pak Zen telah mulai kuliah dan mulai
mendedikasikan dirinya di dunia dakwah dengan berceramah, dia tetaplah
menjadi "Jen yang manis" dalam keluarganya. " Dulu waktu awal-awal jadi penceramah, Bang Jen kalau pulang pasti bagi hasilnya ke saya dan juga orang tua",
ujar mbak Kiki yang begitu bersemangat menceritakan tentang kakak
terdekatnya ini. Selain itu Pak Zen juga membantu keuangan kuliah
adik-adiknya, hal ini membuktikan betapa besar rasa sayang Pak Zen
terhadap saudara-saudaranya. " Ada cerita menarik, jadi dulu waktu
Bang Jen dapat uang untuk penelitian, dia ngajak saya buat nemenin beli
motor. Waktu kita nanya ke yang jual motor second, eh kita malah
diketawain, karna nganggep kita ga bakal mampu beli itu motor. Tapi aku
sama Bang Jen senyum-senyum saja, eh abis itu akhirnya sebelum lebaran
Bang Jen malah kebeli motor yang baru". Begitulah ringkasnya
cerita menarik yang dituturkan Mbak Kiki kepada saya. Dari tuturan mbak
Kiki dapat kita ketahui juga bahwa Pak Zen sangat dekat dengan adiknya
dan Pak Zen tidak pernah peduli akan omongan atau cemoohan orang.
Selain
dari mbak Kiki, saya juga banyak mendapatkan cerita dari Bang Ali
(kakak kandung Pak Zen). Menurut Bang Ali, Pak Zen adalah sosok yang
tangguh, pekerja keras dan cerdas. " Zen itu kalo udah mau sesuatu pasti dia kejar sampe dapet."
tegas Bang Ali saat kami bertemu di rumah kedua orang tua Pak Zen di
daerah Bekasi. Bang Ali juga bercerita bahwa waktu awal lulus Madrasah
Aliyah, Pak Zen pernah berpikir tidak akan melanjutkan ke perguruan
tinggi karena terbentur masalah biaya. Namun, Bang Ali menasehatinya
agar Pak Zen tetap melanjutkan kuliah, karena pendidikan lah yang akan
mengubah nasib seseorang. " Meskipun teman-temanmu sudah bekerja dan
menghasilkan uang dari sekarang dan kamu baru akan mulai kuliah, tapi
suatu saat kamu akan dapat pekerjaan yang justru posisinya lebih baik
daripada teman-temanmu yang tidak kuliah itu", begitulah ringkasnya nasehat Bang Ali kepada Pak Zen di masa itu.
Begitu
pula hal nya Pak Zen di mata teman-temannya. Menurut Pak Yadi ( teman
Pak Zen dari TK hingga MA) Pak Zen adalah teman yang baik, dia anak
yang patuh kepada kedua orang tua dan tidak pernah ikutan hal-hal yang
tergolong melanggar aturan. Dulu Pak Zen juga termasuk anak yang aktif,
dia bersama pak yadi aktif di pramuka saat di sekolah. " Dulu kalo
pulang sekolah kami suka belajar bareng, jalan-jalan bareng, kadang
juga kerumah temen, kadang ke Mall, dan juga ke toko buku walau hanya
sekedar baca-baca saja", tutur Pak Yadi sahabat Pak Zen sejak kecil ini. "Dia juga suka sama olahraga volley", lanjut Pak Yadi.
Menurut
pak Yadi, dari dulu sampai sekarang pak zen tetaplah teman dekatnya.
Meskipun sekarang kami jarang bertemu karena kesibukan masing-masing
namun komunikasi di antara keduanya tetap berjalan lancar. Menurut Pak
Yadi, karakter yang unik dari pak zen adalah "Dia orangnya punya prinsip dan ga pernah ikut-ikutan orang lain. Dan dia itu orangnya apa adanya", ujar Pak Yadi.
Pak
Zen sekarang adalah suami dari Hj. Dede Mardiah yang merupakan salah
satu putrid dari seorang pimpinan pesantren besar di daerah Banten.
Mereka menikah pada 6 Mei 2009 tepatnya sekitar 4 tahun 11 bulan yang
lalu. Mereka dikaruniai dua orang anak yang bernama Najwa Hafizah Zen
dan Averrus Alby Zen.
Pak
Zen sekarang juga merupakan salah satu Dosen di Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pak Zen sekarang
bertempat tinggal di Jalan Jambu Rt 04 Rw 05 No.75 Cempaka Putih,
Ciputat Timur. Pak Zen atau yang sering di dipanggil dengan sebutan
Ustadz Zen selain mengajar juga meluaskan ruang dakwahnya dengan
mengisi ceramah dan seminar di berbagai majelis taklim, stasiun tv,
instansi pemerintah, instansi swasta, dan tempat lainnya. Pak Zen juga
aktif menulis artikel di berbagai surat kabar cetak maupun online dan
beliau juga aktif menulis buku terutama tentang Ekonomi Islam. Beberapa
karya tulisnya yang cukup populer yaitu:
1. Tesis: " Strategi Pemasaran Syariah pada Wirausaha Rumah Makan Wong Solo dalam Meningkatkan Kepuasan Konsumen ".
2. " Menciptakan keadilan umat bagian II", dimuat di koran Harian Umum Pelita edisi 24 Juni 1999.
3. " Penyucian Jiwa ", dimuat di Koran Harian Umum Republika, edisi 3 September 2001.
4. " Implementasi Manajemen The Eight Habit bagi Pengelola Masjid di Indonesia " , jurnal ta'mir masjid dmi provinsi DKI Jakarta.
5. " Eksistensi Perbankan Syariah di Indonesia ", dimuat di Media Asa Edisi IX/ Th. IV/ 2001.
6. Buku: " Kumpulan Sholawat", (Bekasi: Maceta, 2003).
7. Buku " Zakat dan Wirausaha ", (Jakarta: CED, 2005).
8. Buku: " 24 Hours Of ContempoCrary Zakat ", (iputat: IMZ Dompet Duafa, 2011).
9. Buku: "Problematika Remaja", ( Lebak: QE Press, 2013).
10. DDII: " Rekonstruksi Isi dan Nilai-Nilai Dakwah di Indonesia ", dimuat di jurnal dakwah, kajian dakwah dan kemasyarakatan diterbitkan fakultas dakwah IAIN Jakarta (ISSN 1411-2779).
Nilai-Nilai yang Terkandung
Keyakinan
Dari
pengalaman hidup Pak Zen banyak sekali nilai-nilai yang dapat kita
ambil sebagai pelajaran. Salah satunya yaitu nilai keyakinan (agama).
Orangtua Pak Zen memang merupakan orang-orang yang taat dalam agamanya,
oleh karena itu nilai-nilai keyakinan yang baik pun juga terdapat dalam
diri Pak Zen. Dari semua cerita di atas dapat kita ketahui bahwa Pak
Zen merupakan orang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang agama
islam dan juga mempraktikan nilai-nilai islam tersebut ke dalam
kehidupannya.
Sebegitu
bagusnya nilai-nilai agama islam sebagai keyakinan yang melekat dalam
dirinya, hingga iya menjadi orang yang sukses dalam berbagai bidang.
Bukan hanya itu, nilai-nilai itu pula yang membentuk akhlak mulia dalam
diri Pak Zen. Sifat kerja keras, gigih, pantang menyerah dan lainnya
menyatu menjadi sebuah langkah konkret Pak Zen hingga menggapai
suksesnya yang sekarang dan suksesnya di masa mendatang.
Pandangan dan Cita-Cita Hidup
Selain
nilai-nilai keyakinan, terdapat pula nilai-nilai tentang pandangan dan
cita-cita hidup dari Pak Zen yang tentunya menginspirasi banyak orang.
Pak Zen orang yang berpandangan jauh ke depan, penuh perencanaan dan
juga merupakan tipe pejuang. Pak Zen tidak terpuruk dengan keadaan
keluarganya yang terbilang pas-pas-an dan bukan dari golongan atas,
justru itu semua dijadikannya sebagai motivasi untuk menjadikan dirinya
dan keluarganya semakin maju.
Pak
Zen juga merupakan orang yang mempunyai cita-cita hidup yang mulia.
Dari semua cerita di atas dapat kita lihat bahwa, setiap langkah dari
hidup Pak Zen benar-benar menuju kea rah yang sangat baik. Dimulai dari
langkah yang baik ( seperti: sekolah, ngaji, berdagang dengan jujur),
hingga menghasilkan yang baik pula ( jadi pendakwah, dosen dan penulis
buku islami ). Semua berjalan indah seiring dengan indahnya hidup yang
telah ia lalui.
Ekonomi
Jika
dipandang dari nilai-nilai ekonomi, sudah terlihat jelas bahwa Pak Zen
merupakan sosok yang mandiri. Dilahirkan dari keluarga yang biasa saja
membuat dia sadar bahwa ia harus berjuang untuk jadi orang luar biasa.
Dari kecil memang jiwa entrepreneur Pak Zen sudah terlihat
jelas. Dimulai dari berdagang telur ayam, menggembala kambing, hingga
berdagang sembako pernah ia lakukan.
Keadaan
ekonomi keluarga yang terbatas membuat Pak Zen rajin menabung, tentu
menabung untuk bekal masa depannya. Dan terbukti uang tabungannya lah
yang awalnya membantu mebukakan pintu masa depan yang baik yakni
melewati gerbang kuliah yang awalnya hanya sebatas angan-angan baginya.
Sosial
Dalam
bidang sosial, Pak Zen juga merupakan anak; teman; sahabat; suami;
dosen, yang mempunyai nilai-nilai sosial yang tinggi. Pak Zen tidak
pernah tinggi hati atas apapun yang telah diraihnya sekarang. Dia
tetaplah seorang "Zen" yang rendah hati, ramah, murah senyum dan
pekerja keras. Ia tidak pernah mengeluh terhadap apapun yang ia lalui
dalam hidupnya, bahkan ia selalu bersyukur atas apa yang telah Tuhan
anugerahkan untuk hidupnya.
Di
lingkungan tempat tinggalnya dia juga dikenal sebagai sosok yang baik
dan ramah. Bahkan menurut cerita mbak Kiki (adik Pak Zen), dulu para
tetangganya hanya melihat Pak Zen sebagai anak tukang nasi uduk, namun
sekarang Pak Zen justru menjadi salah satu ustadz yang diundang dan
mempunyai jadwal mengisi pengajian di masjid dekat rumahnya, itu
tandanya sekarang Pak Zen adalah orang yang dihormati dan disegani di
kampungnya.